Selasa, 02 Juli 2013

Peran dan fungsi agroforestry

PERAN DAN FUNGSI AGROFORESTRY



1. Pengertian Agroforestry dan Peranannya
Agroforrestry merupakan suatu konsep yang dianggap tepat untuk memadukan konsep-konsep usaha tani dalam rangka peningkatan ekonomi dan konservasi.
Agroforestry ialah suatu bentuk penanaman dengan sengaja dan mengelola pohon secara bersama-sama dengan tanaman pertanian dan atau makanan ternak dalam sistem yang bertujuan menjadi berkelanjutan secara ekologi, sosial dan ekonomi. Secara sederhana adalah menanam pohon dalam sistem pertanian. (Sa’ad, 2002)

Ada beberapa cara klasifikasi agroforestry diantaranya : berdasarkan kombinasi komponen pohon, tanaman, padang rumput/makanan ternak dan komponen lain yang ditemukan dalam agroforestry (Sa’ad 2002)
1.      Agrosilviculture : Campuran tanaman dan pohon, dimana penggunaan lahan secara sadar untuk memproduksi hasil-hasil pertanian dan kehutanan.


2.      Silvopastoral : Padang rumput/makanan ternak dan pohon, pengelolaan lahan hutan untuk memproduksi hasil kayu dan sekaligus memelihara ternak.

   
3.      Agrosilvopastoral : tanaman, padang rumput/makanan ternak dan pohon, pengelolaan lahan hutan untuk memproduksi hasil pertanian dan kehutanan secara bersamaan dan sekaligus memelihara hewan ternak.
4.      Sistem lain , yang meliputi :Silvofishery : pohon dan ikan Apiculture   : pohon dan lebah Sericulture  : pohon dan ulat sutera
Selain praktek-praktek sistem agroforestry diatas Marseno (2004), juga menyajikan bentuk lain sistem agroforestry yang berbasis pelestarian lingkungan yaitu ;
1.      Riperian Buffer Forest (Hutan Penyangga tepi sungai) ; fungsinya menjaga kondisi alami di sepanjang sungai, menjaga erosi dan meningkatkan biodiversitas. Sistim penyangga tidak hanya untuk ekosistim tepi sungai, namun juga memberikan perlindungan terhadap pengeolahan tanah disekitarnya. (lihat Gambar 4).



2.      Windbreaks
Fungsinya untuk melindungi tanaman-tanaman pertanian yang sensitive terhadap angina seperti gandum dan sayuran (gambar.5). Pola-pola ini hampir menyerupai pola penanaman dalam agroforestry yaitu trees along border yaitu penanaman tanaman kehutanan di sekitar tanama pertanian (Sabarnurdin,2004)


Peran Agroforestry dalam menjaga Lingkungan (Sabarnurdin, 2004) ;
1.      Mengurangi tekanan terhadap hutan, sehingga fungsi kawasan hutan tidak terganggu (tata air, keanekaragaman hayati dll);
2.      Lebih efisien dalam recicling unsur hara melalui pohon berakar dalam di lokasi tsb.;
3.      Perlindungan yang lebih baik terhadap sistem ekologi daerah     hulu DAS;
4.      Mengurangi aliran permukaan, pencucian hara dan erosi tanah ;
5.      Memperbaiki iklim mikro, mengurangi suhu permukaan tanah, mengurangi evapotranspirasi karena kombinasi mulsa dari tanaman setahun/semusim dan naungan pohon; 
6.      Meningkatkan hara tanah dan struktur tanah melalui penambahan yang kontinyu hasil proses dekomposisi bahan organik ;
Dari teori-teori yang dikemukakan diatas, dapat diartikan bahwa sistem agroforestry cukup flexible untuk diterapkan di bagian hulu sungai yang mengalami kekritisan lahan, dalam rangka pemulihan kondisi lahan tersebut. Hanya yang perlu diatur adalah ;
1.      Pemilihan perpaduan atau kombinasi sistem agroforestry yang tepat yang disesuaikan dengan karakteristik lahan.
2.      Pemilihan jenis yang tepat didalam rangka pengembalian kesuburan tanah dan terbentuknya kembali sistim hidrologi lahan.
3.      upaya pembentukan strata yang tepat dalam rangka rekayasa konservasi tanah dan air, tanpa mengeyampingkan fungsi ekonomi dari kegiatan agroforestry tersebut.

Peran agroforestry dalam mengatasi lahan yang marginal, Padmowijoto (2004), menyebutkan bahwa tanaman leucaena (lamtoro) yang ditanam rapat dengan jarak antara baris  satu meter, mampu menghasilkan pupuk hijau sebanyak 120 ton/ha/tahun,   sehingga dapat memberikan 1000 kg nitrogen, 200 kg asam fosfat dan 800 kg potasium, berturut-turut setara dengan 100 sak (50 kg) ammonium sulfat, 20 sak (50 kg) super fosfat dan 24 sak (50 kg) potasium muriate Fixaksi n atmosfer menambah kesuburan, murah dan tidak mengganggu lingkungan. Penambahan pupuk hijau gliricidia maculata meningkatkan kandungan phosphorus sekitar 26-37% pada berbagai tipe tanah serta meningkatkan N, Fe dan Mn.
Akar legume dalam  sistem alley cropping  (penanaman sistem jalur) berfungsi sebagai pompa mineral. Batang legume yang berada diatas tanah dalam bentuk alley cropping mampu menahan  run off dan mampu menurunkan besaran erosi tanah miring  dari 96,9 ton/ha menjadi hanya 0,8 ton/ha dan setelah tiga tahun program berjalan, balance hara tanah jadi positif artinya lebih banyak hara yang kembali kedalam tanah dibanding yang hilang.
Menurut Oosterling (1927), yang berperan langsung bukanlah keadaan tegakan hutan, melainkan kemampuan serasah menyerap air dan kesarangan tanah hutan. Meskipun hutan berada dalam keadaan utuh, akan tetapi seresah tidak terbentuk atau hilang dan tanah bersifat mampat, penyaluran permukaan pada waktu hujan deras tetap besar (Notohadiprawiro,1981).
Dengan demikian pemilihan jenis sangat diperlukan didalam perpaduan tanaman pada sistem agroforestry. Kombinasi agroforestry dalam upaya konservasi lebih di konsentrasikan pada komposisi jenis, dan strata tajuk yang dibentuk. Hal ini terkait dengan penutupan lahan yang sangat berpengaruh terhadap hidrologi suatu lahan.
Selain itu dalam rangka mengembalikan kesuburan tanah maka diperlukan jenis-jenis dan pola perpaduan kegiatan yang mampu meningkatkan produktifitas lahan, seperti tanaman legume yang mampu mengikat N di udara, serta sistem agrosilvopasoral (kombinas tanaman pertanian, kehutanan dan peternakan) yang dapat meningkatkan unsur hara tanah, dan porositas tanah yang memudahkan terjadinya infiltrasi, sehinggga memperbaiki sistem hidrologi.

2. Fungsi Agroforestry
Salah satu fungsi agroforestri pada level bentang lahan (skala meso) yang sudah terbukti diberbagai tempat adalah kemampuannya untuk menjaga dan mempertahankan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, khususnya terhadap kesesuaian lahan. Beberapa dampak positif sistem agroforestri pada skala meso ini antara lain: (a) memelihara sifat fisik dan kesuburan tanah, (b) mempertahankan fungsi hidrologi kawasan, (c) mempertahankan cadangan karbon, (d) mengurangi emisi gas rumah kaca, dan (e) mempertahankan keanekaragaman hayati. Fungsi agroforestri itu dapat diharapkan karena adanya komposisi dan susunan spesies tanaman dan pepohonan yang ada dalam satu bidang lahan.
Dalam sistem agroforestri terdapat interaksi ekologis dan ekonomis antara komponen-komponen yang berbeda. Agroforestri ditujukan untuk memaksimalkan penggunaan energi matahari, meminimalkan hilangnya unsur hara di dalam sistem, mengoptimalkan efesiensi penggunaan air dan meminimalkan  runoff   serta erosi. Dengan demikian mempertahankan manfaat-manfaat yang dapat diberikan oleh tumbuhan berkayu tahunan (perennial) setara dengan tanaman pertanian konvensional dan juga memaksimalkan keuntungan keseluruhan yang dihasilkan dari lahan sekaligus mengkonservasi dan menjaganya.
Menurut Young (2003) ada empat keuntungan terhadap tanah yang diperoleh melalui penerapan agroforestri antara lain adalah:
1.  memperbaiki kesuburan tanah,
2. menekan terjadinya erosi
3. mencegah perkembangan hama dan penyakit,
4. menekan populasi gulma.
Peran utama agroforestri dalam mempertahankan kesuburan tanah, antara lain melalui empat mekanisme: 
1.  mempertahankan kandungan bahan organik tanah,
2. mengurangi kehilangan hara ke lapisan tanah bawah,
3. menambah N dari hasil penambatan N bebas dari udara,
4. memperbaiki sifat fisik tanah,


Senin, 11 Maret 2013

Contoh SK HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan)



YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRI MUARA BUNGO
UNIVERSITAS MUARA BUNGO
FAKULTAS PERTANIAN
 Kampus A : Jl.Lintas Sumatra KM.06 Sungai Binjai_Muara Bungo

KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUARA BUNGO
NOMOR :     /SK/FAPERTA-UMB/IX/2012

TENTANG
PEMBENTUKAN HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN AGROTEKNOLOGI
( HMJ AGROTEKNOLOGI )

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muara Bungo

Menimbang     :

1.      Bahwa masa bakti Himpunan Mahasiswa Jurusan Agroteknologi (HMJ AGROTEKNOLOGI) Universitas Muara Bungo periode 2012-2013 telah berahir, maka untuk kesinambungan program perlu mengangkat pengurus Himpunan Mahasiswa  Jurusan Agroteknologi (HMJ AGROTEKNOLOGI) yang baru untuk periode 2013-2014.

2.      Bahwa untuk maksud sebagaimana angka 1, maka perlu ditetapkan dengan keputusan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muara Bungo.


Mengingat       :

1.      Undang-undang nomor :  20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional  (lembar Negara RI tahun 2003 nomor 78, tambah   lembaran Negara RI nomor 421).

2.      Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 TahuN 1999 tentang Pendidikan Tinggi  ( Lembaga Negara Repubik  Indonesia Tahun 1999 Nomor 115 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia  Nomor 3850 ).

3.      Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 1999/D/O/2008 tanggal 22 september 2008 tentang ralat SK Nomor 81/D/O/2008 tanggal 22 Mei 2008 tentang pemberian izin penyelenggara program-program studi baru dan perubahan   
bentuk  Sekolah Tinggi Imu Pertanian Muara Bungo menjadi Universitas Muara  Bungo di Jambi diselenggarakan oleh Yayasan Pendidikan Bungo di Jambi.

4.      Keputusan  Mendikbu/Mendiknas Nomor 155/U/1998, tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi.

5.      Surat Keputusan Ketua Yayasan Pendidikan Bungo Nomor : 07/KEP.YPB/X2010 tentang Pembatalan pengangkatan dan pengangkatan Rektor Universitas Muara Bungo.

6.      Statuta Universitas Muara Bungo.



Memperhatikan :

1.      Hasil Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Agroteknologi (HMJ AGROTEKNOLOGI) Fakultas Pertanian Universitas Muara Bungo.

2.      Rapat Pleno Himpunan Mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muara Bungo pada Tanggal 18 Januari 2013.






MEMUTUSKAN

Menetapkan : Keputusan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muara Bungo tentang    
  Pengangkatan pengurus Himpunan Mahasiswa Agroteknologi Fakultas   
  Pertanian Universitas Muara Bungo Periode 2013-2014.

Pertama     :     Mengangkat Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan Agroteknologi (HMJ AGROTEKNOLOGI) Fakultas Pertanian  Universitas Muara Bungo Periode 2013-2014.
Kedua       :     Pengurus tersebut pada dictum pertama bertugas dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan Himpunan Mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muara Bungo Periode 2013-2014.

Ketiga       :     Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan berahir sampai dengan tanggal 18 januari 2014, dengan ketentuan apabila terdapat kekeliruan atau perubahan di kemudian hari, akan diperbaiki sebagaimana semestinya.



                                                                                             Ditetapkan di      : Muara bungo
                                                                                   Pada Tanggal             Februari 2013

                                                                                   DEKAN FAKULTAS PERTANIAN
                                                                                    UNIVERSITAS MUARA BUNGO




                                                                                                Dr.Ir.SUPRIONO,MP


Tembusan disampaikan kepada Yth :
1. Ketua Yayasan Pendidikan Mandiri Muara Bungo
  2. Rektor Universitas Muara Bungo
3. Ketua BAAK Universitas Muara Bungo
  4. Yang Bersangkutan






Lampiran                     :  Surat Keputusan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muara Bungo

Nomor                         :  01 / SK /FAPERTA-UMB/IX/2013


Pelindung                    :  Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muara Bungo

Penasehat                    :  Pembantu Dekan III



SUSUNAN PENGURUS HIMPUNAN MAHASISWA AGROTEKNOLOGI (HIMAGRO)
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUARA BUNGO PERIODE 2011-2012


Ketua Himagro           :  Almazni
Wakil Ketua                :  A Pilon
Sekretaris                    :  Agus Setiawan
Bendahara                   :  Deca Gusmaroza


KORDINATOR


1. Kordinator Perlengkapan
    Kepala         : Sudarsi
    Aggota        : 1. Akhis Sayful
                          2. M. Ali

2. Kordinator Humas
    Ketua          : Susigo Alwis
    Anggota      : 1. Oki Hermanto
        2.  Zakaria

3. Kordinator Olahraga
    Ketua          : jufrizal
    Anggota      : 1. Jeki Amsopa
                          2. Bel Bella

4. Kornitor Keagamaan
    Ketua          :  Ahmad Al mujib
    Anggota      : 1. Rismala Devi
                          2. Supriadi

5. Kordinator Acara
    Ketua          :  Hendriansyah
    Anggota      : 1. Bc. Delpandi
                          2. M. Nasral Reza
    
6. Koordinator Konsumsi
    Ketua          :  Deca Gusmaroza
    Anggota      : 1. Eka Winarni
                          2. Jhon Simamora

                                                                                     Ditetapkan di      : Muara bungo
                                                                                     Pada Tanggal      :      Februari 2012

                                                                                  DEKAN FAKULTAS PERTANIAN
                                                                                   UNIVERSITAS MUARA BUNGO




                                                                                                Ir.SUPRIONO,MP

Kata Sambutan Ketua KPU KBM UMB


Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..
Alhamdulillah Wa Syukurillah atas rahmat-Nya kita selalu diberikan kesehatan lahir dan batin sehingga dapat bersama hadir dalam acara debat kandidat ini. Tak lupa pula kita haturkan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW (Allahumma Shalli Ala Muhammad Wa Ala Ali Muhammad). Berkat bimbingan beliaulah kita sebagai umatnya selalu berada dalam petunjuk dan lindungan yang Maha Kuasa, amiin..
Para panelis yang saya homati, dan teman-teman seperjuangan yang saya banggakan…
Kegiatan hari ini merupakan tindak lanjut dari tahapan-tahapan Langkah kerja KPU KBM UMB dalam menyukseskan pemilihan perisiden dan wakil presiden BEM  di lingkungan UMB 1 Tahun kedepan.
Melalui debat kanidat ini, kita akan mengetahui siapa calon Presiden dan wakil presiden BEM UMB yang pantas kita pilih untuk memimpin Organisasi badan eksekutif mahasiswa UMB satu tahun kedepan.

tiga pasangan calon Presiden dan wakil presiden BEM UMB yang sudah menyelesaikan rangkaian tahapan kampanye, memiliki kapasitas dan kapabilitas yang memadai untuk memimpin BEM UMB 1 tahun kedepan.

Namun pasangan siapa yang memiliki keunggulan di antara tiga pasangan tersebut, akan terlihat melalui penyampaian visi misi dalam debat kandidat ini.

untuk itu, kami selaku anggota KPU KBM UMB Mengharapkan semua Mahasiswa ikut menilai dan berpartisipasi, sehingga nantinya Presiden dan wakil presiden BEM UMB kedepan adalah yang sesuai dengan apa yang kita semua harapkan

Godaan deras menerpa hatiku
Terasa panas bak sembilu
Kami petugas penyelenggara pemilu
Mohon diawas sebelum keliru..

Sekian dan terimakasih..
Wallahul muafiq illa aqwmithorik
Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.. 

Kamis, 28 Juni 2012

Proses Pasca Panen Tanaman Jagung


I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Jagung merupakan komoditas penting dalam industri pangan, kimia maupun industri manufaktur. Di  Indonesia jagung juga merupakan  makanan pokok utama yang memiliki kedudukan penting setelah beras.  Usaha pengembangan jagung nasional harus didukung oleh industri pascapanen sehingga mampu menciptakan keuntungan yang sebenarnya secara bisnis.  Salah satunya adalah dengan membuat produk olahan berbasis jagung yang mempunyai umur simpan yang lama.
Kegiatan pascapanen merupakan bagian integral dari pengembangan agribisnis, yang dimulai dari aspek produksi bahan mentah sampai pemasaran produk akhir. Peran kegiatan pascapanen menjadi sangat penting, karena merupakan salah satu sub-sistem agribisnis yang mempunyai peluang besar dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk agribisnis. Dibanding dengan produk segar, produk olahan mampu memberikan nilai tambah yang sangat besar. Daya saing komoditas Indonesia masih lemah, karena selama ini hanya mengandalkan keunggulan komparatif dengan kelimpahan sumberdaya alam dan tenaga kerja tak terdidik, sehingga produk yang dihasilkan didominasi oleh produk primer.
Pemanfaatan teknologi pengolahan jagung berpeluang meningkatkan nilai komoditas jagung tidak hanya sebagai sumber pakan tetapi dapat diolah menjadi berbagai produk pangan yang bernilai ekonomi seperti pop-corn, tepung jagung, pati jagung dan minyak jagung. Pascapanen jagung selama ini masih dkerjakan secara tradisional. Dengan teknologi yang ada (existing technology), maka diperlukan investasi teknologi baik untuk pengolahan jagung di sektor hulu maupun hilir. Untuk pengembangan industri pati jagung, dibutuhkan investasi mencapai Rp 80-160 miliar.
Keberhasilan pengembangan jagung kini tidak hanya ditentukan oleh tingginya produktivitas saja namun juga melibatkan kualitas dari produk itu sendiri. Agar komoditas tersebut mampu bersaing dan memiliki keunggulan kompetitif. Agar dihasilkan mutu jagung yang baik maka tehnik pasca panennya pun harus lebih diperhatikan dan ditangani lebih baik.
1.2. Rumusan Masalah
            Yang menjadi prmasalahan disini ialah segala hal yang dapat menyebabkan masalah dalam pembuatan makalah ini yaitu :
1. Bagaimana cirri-ciri jagung yang siap panen ?
2. Bagaimana proses penanganan pasca panen yang baik ?
3. Tahapan-tahapan apa saja yang ada dalam penanganan pasca panen jagung ?
4. Bagaimana bentuk dan standar jagung yang bagus untuk dipasarkan ?



II. PEMBAHASAN

2.1. Ciri dan Umur Panen
Pemanenan dilakukan pada saat jagung telah mencapai masak fisiologis yaitu berkisar 100 hari setelah tanam tergantung dari jenis varietas yang digunakan. Pada umur demikian biasanya daun jagung/klobot telah kering dan berwarna kekuning-kuningan.
Ciri jagung yang siap dipanen adalah:
a) Umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam.
b) Jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai dengan
     adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga.
c) Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas.
Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh. Saat itu diameter tongkol baru mencapai 1-2 cm. Jagung untuk direbus dan dibakar, dipanen ketika matang susu. Tanda-tandanya kelobot masih berwarna hijau, dan bila biji dipijit tidak terlalu keras serta akan mengeluarkan cairan putih. Jagung untuk makanan pokok (beras jagung), pakan ternak, benih, tepung dan berbagai keperluan lainnya dipanen jika sudah matang fisiologis. Tanda-tandanya: sebagian besar daun dan kelobot telah menguning. Apabila bijinya dilepaskan akan ada warna coklat kehitaman pada tangkainya (tempat menempelnya biji pada tongkol). Bila biji dipijit dengan kuku, tidak meninggalkan bekas.
2.2. Cara Panen
Cara panen jagung yang matang fisiologis adalah dengan cara memutar tongkol berikut kelobotnya, atau dapat dilakukan dengan mematahkan tangkai buah jagung. Pada lahan yang luas dan rata sangat cocok bila menggunakan alat mesin pemetikan.
2.3. Periode Panen
Pemetikan jagung pada waktu yang kurang tepat, kurang masak dapat menyebabkan penurunan kualitas, butir jagung menjadi keriput bahkan setelah pengeringan akan pecah, terutama bila dipipil dengan alat. Jagung untuk keperluan sayur, dapat dipetik 15 sampai dengan 21 hari setelah tanaman berbunga. Pemetikan jagung untuk dikonsumsi sebagai jagung rebus, tidak harus menunggu sampai biji masak, tetapi dapat dilakukan ± 4 minggu setelah tanaman berbunga atau dapat mengambil waktu panen antara umur panen jagung sayur dan umur panen jagung masak mati.
2.4. Proses Pasca Panen Jagung
Penanganan pasca panen jagung di antaranya meliputi :
a. Pemipilan dengan tangan
b. Pemipilan dengan mesin
c. Penjemuran jagung setelah dipipil
d. Proses sortasi dan grading
e. Penyimpanan jagung pipilan yang sudah disortir
f. Pengiriman Jagung pipilan untuk di ekspor
g. Pengolahan jagung
Penanganan pasca panen secara garis besar dapat meningkatkan daya gunanya sehingga lebih bermanfaat bagi kesejahteraan manusia. Hal ini dapat ditempuh dengan cara mempertahankan kesegaran atau mengawetkannya dalam bentuk asli maupun olahan sehingga dapat tersedia sepanjang waktu sampai ke tangan konsumen dalam kondisi yang dikehendaki konsumen. Persyaratan mutu jagung untuk perdaganagn menurut SNI dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu persyaratan kualitatif dan persyaratan kuantitatif.
Persyaratan kualitatif meliputi :
a. Produk harus terbebas dari hama dan penyakit
b. Produk terbebas dari bau busuk maupun zat kimia lainnya (berupa asam)
c. Produk harus terbebas dari bahan dan sisa-sisa pupuk maupun pestisida
d. Memiliki suhu normal
Sedangkan persyaratan kuantitatif dapat dilihat pada Tabel 1.
No.
Komponen Utama
Persyaratan Mutu (% maks)
I
II
III
IV
1.
 Kadar Air
14
14
15
17
2.
 Butir Rusak
2
4
6
8
3.
 Butir Warna Lain
1
3
7
10
4.
 Butir Pecah
1
4
3
5
5.
 Kotoran
1
1
2
2
Tabel 1.Mutu Jagung
Pengendalian mutu merupakan usaha mempertahankan mutu selama proses produksi sampai produk berada di tangan konsumen pada batas yang dapat diterima dengan biaya seminimal mungkin. Pengendalian mutu jagung pada saat pasca panen dilakukan mulai pemanenan, pengeringan awal, pemipilan, pengeringan akhir, pengemasan dan penyimpanan.
2.5. Pengolahan Hasil Tanaman Jagung
Pengolahan hasil tanaman jagung dimaksudkan untuk memperpanjang masa simpan jagung, meningkatkan nilai estetika jagung, meningkatkan keanekaragaman makanan dengan bahan dasar jagung, meningkatkan nilai jual, dan daya saing olahan jagung.
Grading dan sortasi jagung merupakan langkah pertama yang sangat penting dalam pengolahan jagung karena berpengaruh terhadap kualitas hasil akhir produk. Grading dan sortasi di tingkat petani umumnya dilakukan secara manual.
Nilai ekonomis tanaman jagung terutama diperoleh dari tongkol jagung dan biji pipilan jagung. Tongkol jagung (masak susu) dapat diolah menjadi berbagai produk masakan, sedangkan tongkol jagung (masak penuh), antara lain dapat diolah menjadi jagung giling dan tepung jagung.  Beberapa contoh hasil olahan jagung, sebagai berikut: mie jagung, bihun jagung, pati jagung, minyak jagung, pakan ternak dan lain-lain.
1. Pengupasan
            Setelah jagung dipanen, langkah selanjutnya adalah pengupasan kulit atau pengopekan kulit jagung. Pengopekan kulit jagung dilakukan berdasarkan tujuan penggunaan jagung.  Ada berbagai cara pengopekan jagung.
Pengopekan jagung semi (baby corn) dilakukan sampai jagung kelihatan, kulit muda pada  pangkal tongkol jagung ditinggalkan sepanjang 5 – 7 cm.  Rambut-rambut jagung dibersihkan. Sedangkan jagung yang akan digunakan untuk  jagung sayur biasanya tidak dikopek atau sebaliknya dikopek sampai bersih. Demikian juga jagung yang akan dikonsumsi untuk jagung rebus. Berbeda dengan jagung yang akan digunakan sebagai biji kering jagung, biasanya jagung dikopek dan dibuang rambutnya sampai bersih kemudian dijemur. Tetapi ada juga jagung yang dikopek hanya dengan mengupas kulitnya kemudian ditarik sampai ke pangkal tongkol sehingga bijinya kelihatan, tanpa harus membuang kulitnya. Kulit jagung ini digunakan untuk mengikat jagung satu dengan lainnya.
Tujuan pengopekan jagung adalah untuk menurunkan kadar air dan kelembaban sekitar biji. Kelembaban pada biji jagung akan menyebabkan kerusakan biji dan tumbuhnya cendawan. Selain itu pengopekan kulit jagung dapat memudahkan dan memperingan pengangkutan selama proses pengeringan (Purwono dan Hartono, 2002)
2. Pengeringan
a. Pengeringan alami
Pengeringan alami merupakan pengeringan yang dilakukan dengan bantuan sinar matahari (penjemuran). Cara pengeringan ini cukup mudah dan biayanya murah. Namun, kendalanya adalah jika cuaca tidak memungkinkan maka proses pengeringan akan berlangsung tidak sempurna dan memerlukan waktu lama. Pengeringan pada musim hujan memakan waktu 7-14 hari dan pada musim kemarau antara 3-7 hari. Agar diperoleh hasil pengeringan yang baik, sebaiknya disediakan areal pengeringan yang cukup luas. Hal ini dikarenakan jagung yang akan dikekringkan tidak boleh ditumpuk. Teknis penjemuran dapat dilakukan pada lantai jemur, alas anyaman bambu, tikar, atau dengan cara digantung untuk tongkol yang masih ada kelobotnya. Pengeringan di lantai jemur sering menghasilkan biji retak. Selain dengan cara dijemur di panas matahari, ada sebagian petani yang melakukan pengeringan denga cara diasap. Cara pengeringan ini biasanya dilakukan di para-para diatas dapur. Untuk mengeringkan jagung dalam jumlah banyak, cara pengeringan ini kurang efektif diterapkan, kecuali kalau sumber asapnya dibuat khusus seperti dari pembakaran sekam, tongkol jagung, kayu, atau bahan yang lain. Pengeringan tongkol jagung dilakukan hingga kadar air mencapai 17-20%. Pada kadar air ini, jagung mudah dipipil tanpa menimbulkan banyak kerusakan.
b. Pengeringan buatan
Pengeringan buatan adalah pengeringan yang dilakukan dengan bantuan alat mekanis. Penerapan cara ini untuk mengantisipasi kalau terjadi hari hujan terus menerus. Beberapa jenis alat pengering yang biasa digunakan adalah omprongan, alat pengering dengan aerasi, dan alat pengering tipe continuous.
3. Sortasi
Sortasi dilakukan untuk memisahkan tongkol jagung yang berukuran besar dengan yang kecil, berbiji rapat dengan jarang atau rusak, berwarna seragam putih atau kuning dengan yang tidak seragam, serta sudah masak dengan belum masak. Untuk memisahkan biji yang berukuran besar dan kecil dapat dilakukan setelah pemipilan.
4. Pemipilan
Salah satu kegiatan yang kritis dalam penanganan pascapanen di tingkat petani adalah pemipilan karena kehilangan hasil pada tahap ini dapat mencapai 4%. Pemipilan merupakan kegiatan melepaskan biji dari tongkol, memisahkan tongkol, dan memisahkan kotoran dari jagung pipilan. Tujuannya adalah untuk menghindarkan kerusakan, menekan kehilangan, memudahkan pengangkutan, dan memudahkan pengolahan selanjutnya. Oleh karenanya, sebaiknya pemipilan dilakukan pada saat yang tepat, yaitu saat kadar air jagung berkisar 17-20%. Penjemuran dalam bentuk pipilan memakan waktu 2-4 hari pada musim hujan dan 1-2 hari pada musim kemarau.


Pemipilan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara tradisional dan bantuan alat.
a. Pemipilan secara tradisional
Petani di pedesaan masih banyak memipil jagung secara tradisional, yaitu dengan menggunakan tangan. Dengan cara ini, kapasitas pipilnya hanya sekitar 10-2- kg/jam. Meskipun kapasitasnya kecil, namun cara pemipilan ini cukup efektif dalam memisahkan tongkol dengan kotoran lain. Selain itu, kerusakan yang ditimbulkan relative kecil. Selain dengan tangan, pemipilan tradisional yang lain adalah pemukulan jagung pada karung dengan tongkat. Kapasitas pipilan jagung pada cara ini dapat ditingkatkan, tetapi kerusakan mekanis yang ditimbulkan lebih besar. Kerugian lainnya adalah biji yang hilangpun meningkat karena banyak yang tertinggal pada tongkol.
b. Pemipilan dengan alat.
Pemipilan jagung dengan bantuan alat dapat dilakukan baik dengan alat sederhana maupun bermesin. Pemipilan dengan alat bermesin umumnya dilakukan petani dengan cara menyewa mesin pemipil jagung yang dioperasikan di lahan penanaman atau dirumah-rumah petani. Kapasitas pemipilan cara ini mencapai 1-2 ton/jam. Berbagai tipe alat pemipil yang tersedia di pasaran diantaranya Kikian, Pemipil tipe Sulawesi Utara, Pemipil Sederhana tipe silinder, pemipil tipe mungil, pemipil tipe ban, dll.
5. Pembersihan
            Setelah jagung dipipil, terutama jagung yang dipipil dengan mesin atau alat pemipil perlu dibersihkan dari kotoran-kotoran. Kotoran-kotoran yang tercampur dengan jagung pipil misalnya tanah,  potongan janggel, biji yang pecah, biji yang lapuk, dan batu. Pembersihan jagung pipilan dari kotoran dapat dilakukan secara manual atau dengan menggunakan alat. Pembersihan jagung pipilan secara manual dilakukan dengan menampi atau mengaduk-aduk biji jagung dan menyapunya dengan sapu lidi. Pembersihan jagung pipil dengan menggunakan alat berupa ayakan atau saringan. Pembersihan jagung pipil  dengan menggunakan ayakan atau saringan ini selain membersihkan juga dapat sekaligus  untuk sortasi (Wijandi, 2003).
6. Pengemasan Jagung
Pengemasan dengan karung harus mempunyai persyaratan bersih dan mulutnya dijahit mulutnya, berat netto maksimum 75 kg dan tahan mengalami handling baik waktu pemuatan maupun pembongkaran.
Di bagian luar karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan bahan aman yang tidak luntur dan jelas terbaca antara lain :
a. Produce of Indonesia
b. Daerah asal produksi
c. Nama dan mutu barang
d. Nama perusahaan/ pengekspor
e. Berat bruto
f. Nomor karung
g. Tujuan
            Ada beberapa tujuan pengemasan jagung, yaitu agar jagung bersih dari kotoran, mengurangi serangan jamur dan hama (Purwono dan Hartono, 2002).
Pengemasan jagung disesuaikan dengan tujuan pasar jagung. Umumnya, kemasan yang digunakan berupa karung dengan berat antara 25-50 kg, sedangkan eceran seberat 1-5 kg. Adapun kemasan jagung untuk dipasarkan di supermarket umumnya menggunakan plastik wrapping seberat 1kg yang berisi sekitar 6 buah tongkol jagung (Purwono dan Hartono, 2002).
7. Penyimpanan Jagung
            Penyimpanan jagung dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara penyimpanan jagung yang biasa dilakukan oleh para petani adalah dengan menyimpan jagung  kering yang masih ditongkol. Jagung tongkol kering ini diletakkan di atas perapian atau disimpan di tempat yang kering, tidak terkena air hujan. Tempat penyimpanan jagung juga sebaiknya tidak ada tikus. Selain menyimpan jagung yang masih melekat di tongkol, jagung juga disimpan dalam bentuk pipilan kering. Jagung tongkol kering lebih tahan disimpan dalam waktu lama dari pada jagung pipil kering.
            Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan apabila jagung akan disimpan dalam gudang. Faktor-faktor tersebut adalah:
Kebersihan gudang: sebaiknya gudang dibersihkan dan disemprot dengan insktisida yang aman untuk mencegah hama bubuk.
Kelembaban gudang : gudang yang lembab akan mendukung tumbuhnya mikroorganisme.
Alas : agar kadar air pada biji jagung terjaga, sebaiknya lantai gudang dialasi dengan denga papan.
8. Pengangkutan Jagung
            Setelah jagung dipanen dari tempat tanam, jagung diangkut ke tempat tertentu untuk mendapatkan penanganan. Biasanya jagung diangkut masih dengan kulitnya atau diangkut dalam bentuk jagung yang sudah kering. Pengangkutan jagung harus dilakukan dengan hati-hati agar jagung tdak banyak mengalami kerusakan. Agar jagung tidak mengalami kerusakan selama dalam pengangkutan, jagung perlu dikemas dengan karung atau dengan keranjang. Kemasan jagung untuk pengangkutan sebaiknya diatur yang rapi agar daya tampung dalam kendaraan semaksimal mungkin.
2.6. Standar Produksi Jagung
Standar produksi tanaman jagung meliputi; satandar klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan, pengemasan dan rekomendasi.
Diskripsi Standar mutu jagung di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-03920-1995).
Klasifikasi dan Standar Mutu
Berdasarkan warnanya, jagung kering dibedakan menjadi:
Jagung kuning : bila sekurang-kurangnya 90% warnanya bijinya berwarna kuning
Jagung putih : bila sekurang-kurangnya 90% warnanya bijinya berwarna putih
Jagung campuran : bila warna bijinya tidak memenuhi syarat klasifikasi warna jagung kuning ataupun jagung putih.
Dalam perdagangan internasional, komoditi jagung kering dibagi dalam 2 nomor, yaitu HS dan SITC. Sedangkan  berdasarkan penggunaannnya jagung kering dibedakan menjadi jagung benih dan jagung non-benih.