PERAN
DAN FUNGSI AGROFORESTRY
1. Pengertian Agroforestry
dan Peranannya
Agroforrestry merupakan suatu konsep yang dianggap tepat untuk
memadukan konsep-konsep usaha tani dalam rangka peningkatan ekonomi dan konservasi.
Agroforestry ialah suatu bentuk penanaman dengan sengaja dan
mengelola pohon secara bersama-sama dengan tanaman pertanian dan atau makanan
ternak dalam sistem yang bertujuan menjadi berkelanjutan secara ekologi, sosial
dan ekonomi. Secara sederhana adalah menanam pohon dalam sistem pertanian.
(Sa’ad, 2002)
Ada beberapa cara klasifikasi agroforestry
diantaranya : berdasarkan kombinasi komponen pohon, tanaman, padang
rumput/makanan ternak dan komponen lain yang ditemukan dalam agroforestry
(Sa’ad 2002)
1.
Agrosilviculture
: Campuran tanaman dan pohon, dimana penggunaan lahan secara sadar untuk
memproduksi hasil-hasil pertanian dan kehutanan.
2.
Silvopastoral
: Padang rumput/makanan ternak dan pohon, pengelolaan lahan hutan untuk
memproduksi hasil kayu dan sekaligus memelihara ternak.
3.
Agrosilvopastoral
: tanaman, padang rumput/makanan ternak dan pohon, pengelolaan lahan hutan untuk
memproduksi hasil pertanian dan kehutanan secara bersamaan dan sekaligus
memelihara hewan ternak.
4.
Sistem
lain , yang meliputi :Silvofishery : pohon dan ikan Apiculture : pohon dan lebah Sericulture : pohon dan ulat sutera
Selain praktek-praktek sistem agroforestry diatas Marseno (2004),
juga menyajikan bentuk lain sistem agroforestry yang berbasis pelestarian
lingkungan yaitu ;
1.
Riperian Buffer Forest (Hutan
Penyangga tepi sungai) ; fungsinya menjaga kondisi alami di sepanjang sungai,
menjaga erosi dan meningkatkan biodiversitas. Sistim penyangga tidak hanya
untuk ekosistim tepi sungai, namun juga memberikan perlindungan terhadap
pengeolahan tanah disekitarnya. (lihat Gambar 4).
2.
Windbreaks
Fungsinya untuk melindungi tanaman-tanaman pertanian
yang sensitive terhadap angina seperti gandum dan sayuran (gambar.5). Pola-pola
ini hampir menyerupai pola penanaman dalam agroforestry yaitu trees along border yaitu penanaman
tanaman kehutanan di sekitar tanama pertanian (Sabarnurdin,2004)
Peran Agroforestry dalam
menjaga Lingkungan (Sabarnurdin, 2004) ;
1. Mengurangi tekanan terhadap hutan, sehingga
fungsi kawasan hutan tidak terganggu (tata air, keanekaragaman hayati dll);
2. Lebih efisien dalam recicling unsur hara
melalui pohon berakar dalam di lokasi
tsb.;
3. Perlindungan yang lebih baik terhadap sistem
ekologi daerah hulu DAS;
4. Mengurangi aliran permukaan, pencucian hara dan
erosi tanah ;
5. Memperbaiki iklim mikro, mengurangi suhu
permukaan tanah, mengurangi evapotranspirasi karena kombinasi mulsa dari
tanaman setahun/semusim dan naungan pohon;
6. Meningkatkan hara tanah dan struktur tanah
melalui penambahan yang kontinyu hasil proses dekomposisi bahan organik ;
Dari teori-teori yang dikemukakan diatas, dapat diartikan bahwa
sistem agroforestry cukup flexible untuk diterapkan di bagian hulu sungai yang
mengalami kekritisan lahan, dalam rangka pemulihan kondisi lahan tersebut. Hanya
yang perlu diatur adalah ;
1.
Pemilihan perpaduan atau
kombinasi sistem agroforestry yang tepat yang disesuaikan dengan karakteristik
lahan.
2.
Pemilihan jenis yang tepat
didalam rangka pengembalian kesuburan tanah dan terbentuknya kembali sistim
hidrologi lahan.
3.
upaya pembentukan strata yang
tepat dalam rangka rekayasa konservasi tanah dan air, tanpa mengeyampingkan
fungsi ekonomi dari kegiatan agroforestry tersebut.
Peran
agroforestry dalam mengatasi lahan yang marginal, Padmowijoto
(2004), menyebutkan bahwa tanaman leucaena (lamtoro) yang ditanam rapat dengan
jarak antara baris satu meter, mampu
menghasilkan pupuk hijau sebanyak 120 ton/ha/tahun, sehingga dapat memberikan 1000 kg nitrogen,
200 kg asam fosfat dan 800 kg potasium, berturut-turut setara dengan 100 sak
(50 kg) ammonium sulfat, 20 sak (50 kg) super fosfat dan 24 sak (50 kg)
potasium muriate Fixaksi n atmosfer menambah kesuburan, murah dan tidak
mengganggu lingkungan. Penambahan pupuk hijau gliricidia maculata meningkatkan
kandungan phosphorus sekitar 26-37% pada berbagai tipe tanah serta meningkatkan
N, Fe dan Mn.
Akar legume dalam
sistem alley cropping (penanaman sistem jalur) berfungsi sebagai
pompa mineral. Batang legume yang berada diatas tanah dalam bentuk alley
cropping mampu menahan run off dan mampu
menurunkan besaran erosi tanah miring
dari 96,9 ton/ha menjadi hanya 0,8 ton/ha dan setelah tiga tahun program
berjalan, balance hara tanah jadi positif artinya lebih banyak hara yang
kembali kedalam tanah dibanding yang hilang.
Menurut Oosterling (1927), yang berperan langsung
bukanlah keadaan tegakan hutan, melainkan kemampuan serasah menyerap air dan
kesarangan tanah hutan. Meskipun hutan berada dalam keadaan utuh, akan tetapi
seresah tidak terbentuk atau hilang dan tanah bersifat mampat, penyaluran
permukaan pada waktu hujan deras tetap besar (Notohadiprawiro,1981).
Dengan demikian pemilihan jenis sangat diperlukan
didalam perpaduan tanaman pada sistem agroforestry. Kombinasi agroforestry
dalam upaya konservasi lebih di konsentrasikan pada komposisi jenis, dan strata
tajuk yang dibentuk. Hal ini terkait dengan penutupan lahan yang sangat
berpengaruh terhadap hidrologi suatu lahan.
Selain itu dalam rangka mengembalikan kesuburan tanah
maka diperlukan jenis-jenis dan pola perpaduan kegiatan yang mampu meningkatkan
produktifitas lahan, seperti tanaman legume yang mampu mengikat N di udara,
serta sistem agrosilvopasoral (kombinas
tanaman pertanian, kehutanan dan peternakan) yang dapat meningkatkan unsur hara
tanah, dan porositas tanah yang memudahkan
terjadinya infiltrasi, sehinggga memperbaiki sistem hidrologi.
2.
Fungsi Agroforestry
Salah satu fungsi agroforestri pada level bentang lahan
(skala meso) yang sudah terbukti diberbagai tempat adalah kemampuannya untuk
menjaga dan mempertahankan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan,
khususnya terhadap kesesuaian lahan. Beberapa dampak positif sistem
agroforestri pada skala meso ini antara lain: (a) memelihara sifat fisik dan kesuburan tanah, (b) mempertahankan fungsi hidrologi
kawasan, (c) mempertahankan cadangan
karbon, (d) mengurangi emisi gas
rumah kaca, dan (e) mempertahankan
keanekaragaman hayati. Fungsi agroforestri itu dapat diharapkan karena adanya
komposisi dan susunan spesies tanaman dan pepohonan yang ada dalam satu bidang lahan.
Dalam sistem agroforestri terdapat interaksi ekologis dan
ekonomis antara komponen-komponen yang berbeda. Agroforestri ditujukan untuk
memaksimalkan penggunaan energi matahari, meminimalkan hilangnya unsur hara di
dalam sistem, mengoptimalkan efesiensi penggunaan air dan meminimalkan
runoff serta erosi. Dengan demikian mempertahankan manfaat-manfaat
yang dapat diberikan oleh tumbuhan berkayu tahunan (perennial) setara dengan
tanaman pertanian konvensional dan juga memaksimalkan keuntungan keseluruhan
yang dihasilkan dari lahan sekaligus mengkonservasi dan menjaganya.
Menurut
Young (2003) ada empat keuntungan terhadap tanah yang diperoleh melalui
penerapan agroforestri antara lain adalah:
1. memperbaiki kesuburan tanah,
2. menekan terjadinya erosi
3. mencegah perkembangan hama dan penyakit,
4. menekan populasi gulma.
2. menekan terjadinya erosi
3. mencegah perkembangan hama dan penyakit,
4. menekan populasi gulma.
Peran utama
agroforestri dalam mempertahankan kesuburan tanah, antara lain melalui empat
mekanisme:
1. mempertahankan kandungan bahan organik tanah,
2. mengurangi kehilangan hara ke lapisan tanah bawah,
3. menambah N dari hasil penambatan N bebas dari udara,
4. memperbaiki sifat fisik tanah,
2. mengurangi kehilangan hara ke lapisan tanah bawah,
3. menambah N dari hasil penambatan N bebas dari udara,
4. memperbaiki sifat fisik tanah,