PENGENDALIAN DENGAN TANAMAN TAHAN
HAMA
v Hubungan antara serangga dan tanaman inang
Apabila dilihat dari hubungan
taksonomi tanaman inangnya maka dikenal 3 kelompok serangga herbivora, yaitu :
1.
Monofag, yaitu tanaman inangnya hanya satu jenis
tanaman/sedikit jenis tanaman yang berdekatan sesama genus
2.
Oligofag, yaitu tanaman inangnya berupa jenis
tanaman dari beberapa genus sesama famili
3.
Polifag, yaitu tanaman inangnya banyak jenis
dari famili-famili yang berbeda atau dari ordo yang berbeda
v
Agar kita dapat lebih mudah mengerti tentang
mekanisme ketahanan atau resistensi tanaman terhadap hama perlu kita pelajari
lebih dahulu hubungan antara serangga dan tanaman dilihat dari segi perilaku
dan fisiologi serangga serta sifat tanamannya sendiri
1) Sifat perilaku dan fisiologi serangga
·
Sifat perilaku serangga herbivora yang penting
dalam kaitannya dengan interaksi serangga dan tanaman adalah tentang bagimana
langkah-langkah serangga dalam memberikan tanggapan (respon) terhadap
rangsangan (stimuli) dari tanaman sehingga serangga herbivora datang dan
memakan tanaman tersebut
·
Menurut Kogan (1984) ada 5
langkah yang dilaksanakan oleh serangga herbivora yaitu :
a.
Penemuan habitat inang
Langkah pertama yang terjadi ketika serangga dewasa yang sedang memencar
menemukan lokasi habitat umum serangga
inang, biasanya pada langkah awal ini rangsangan yang menarik bukan dari
tanaman tetapi rangsangan fisik seperti cahaya, suhu, kebasahan, dan angin.
Begitu habitat umum ditemukan maka serangga kemudian dengan menggunakan indera
penglihatan dan pembauan dapat menemukan inang yang benar
b.
Penemuan inang
Langkah kedua, faktor-faktor yang menarik disini adalah
warna, ukuran, dan bentuk tanaman. Begitu serangga telah menemukan inangnya
rangsangan tanaman jarak pendek yang menyebabkan serangga menetap pada tanaman
tersebut. Dengan indera peraba dan pengecapnya serangga menguji apakah tanaman
tersebut dapat diterma sebagai inang atau tidak
c.
Pengenalan inang
Pada langkah ketiga ini serangga mencoba mencicipi (respon kimiawi) dan
meraba-raba (respon fisik) tanaman untuk mengetahui kesesuaiannya sebagai
pakan. Apabila ternyata tanaman tersebut sesuai serangga akan meneruskan
makannya
d.
Penerimaan inang
Karena rangsangan berbagai senyawa kimiawi tanaman yang sesuai, maka
sampailah pada langkah yang keempat, inang bisa diterima
e.
Kecocokan inang
Nilai nutrisi tanaman dan tidak adanya zat racun akhirnya yang menentukan
bahwa tanaman tersebut sangat cocok sebagai pakan untuk kehidupan dan
perkembangbiakan serangga secara optimal.
2) Sifat tanaman sebagai sumber rangsangan, ada 2 yaitu :
a.
Sifat morfologik
Ciri-ciri
morfologik tanaman tertentu dapat menghasilkan rangsangan fisik untuk kegiatan
makan serangga atau kegiatan peletakkan telur. Seperti variasi ukuran daun,
kekerasan jaringan tanaman, adanya rambut dan tonjolan dapat menentukan
seberapa jauh derajat penerimaan serangga terhadap tanaman tertentu
b.
Sifat fisik
·
Ciri-ciri fisiologik yang mempengaruhi serangga
biasanya berupa zat-zat kimia yang dihasilkan oleh metabolisme tanaman baik
metabolisme primer maupun metabolisme sekunder
·
Hasil metabolisme primer seperti karbohidrat,
lipid, protein, hormon, enzim, dll.oleh tanaman digunakan untuk pertumbuhan dan
pembiakan tanaman. Beberapa hasil metabolisme primer tersebut juga dapat
menjadi perangsang makan, bagian nutirsi serangga, dan mungkin juga sebagai
racun
·
Senyawa-senyawa kimia yang dihasilkan oleh
proses metabolisme sekunder karena fungsinya tidak menentukan metabolisme
primer dianggap memiliki fungsi untuk pertahanan tanaman terhadap serangga
herbivora. Metabolit ini disimpan dalam jaringan tanaman tertentu dan sering
dieksudasikan melalui permukaan bagian tanaman tertentu
·
Ada banyak senyawa kimia yang yang khas dan
berfungsi dalam komunikasi antar organisme, senyawa ini disebut SEMIOKHEMIK
·
Senyawa-senyawa kimia yang termasuk dalam
semiokhemik dapat dibedakan antara feromon yaitu berfungsi dalam
komunikasi antar individu dalam satu spesies, sedangkan kelompok kedua adalah
senyawa allelokhemik yang mendorong komunikasi antar spesies yang berbeda.
Metabolit yang merangsang respon serangga herbivora termasuk dalam allelokhemik.
Allelokhemik ini terbagi menjadi 2 yaitu :
1.
Allomon, yaitu zat kimia yang
menguntungkan bagi produsen (tanaman) dan merugikan bagi penerima (serangga),
yang termasuk dalam allomon ada beberapa yaitu :
§ Zat
repellent atau penolak yang mengusir serangga dan menjauhi tanaman
§ Zat
penggairah gerakan yang memulai dan mempercepat gerakan
§ Zat
penekan atau suppresant yang menghalangi kegiatan makan atau pengisapan
oleh serangga
§ Zat
penghalang atau deterrent yang menghalangi kelanjutan proses makan dan
peletakkan telur
§ Zat
antibiotik yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan normal larva,
mengurangi umur dan pembentukan imago
§ Zat
antixenotik yang mengganggu perilaku normal pemilihan inang
2.
Kairomon, lebih menguntungkan
bagi yang menerima zat tersebut (serangga) dan merugikan bagi produsen
(tanaman). Yang termasuk dalam kairomon adalah :
§ Zat
penarik atau attraktan yang menarik arah gerakan serangga ke tanaman inang
§ Zat
penahan atau arrestant, yang menahan dan memperlambat gerakan serangga
sehingga serangga tetap ditanaman
§ Zat
penggerak makan
v Dari kedua kelompok zat allelokhemik tersebut yang
berperan penting dalam penemuan sifat ketahanan tanaman terhadap serangga
adalah allomon
v Mekanisme ketahanan tanaman :
- Tanaman yang tahan adalah :tanaman yang
menderita kerusakan yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan tanaman
yang lain dalam keadaan tingkat populasi hama yang sama dan keadaan
lingkungan yang sama. Jadi pada tanaman yang tahan, kehidupan dan
pekembangbiakkan serangga hama menjadi lebih terhambat bila dibandingkan
dengan populasi hama yang berada tanaman yang tidak tahan atau kurang
tahan
- Sifat ketahanan yang dimiliki oleh tanaman
dapat merupakan sifat asli atau terbawa keturunan (faktor genetik) tetapi
dapat juga karena keadaan lingkungan yang manyebabkan tanaman menjadi
tahan terhadap serangan hama
- Ketahanan tanaman ada 2
kelompok yaitu :
1.
Ketahanan ekologik
Para ahli menganggap ketahanan ekologik bukan ketahanan yang sebenarnya
dan disebut ketahanan palsu atau PSEUDORESISTANCE. Sifat ketahanan ekologik
tidak tetap dan mudah berubah tergantung pada keadaan lingkungannya
2.
Ketahanan genetik
Adalah ketahanan tanaman yang sebenarnya, sifat ketahanan genetik relatif
stabil dan sedikit dipengaruhi oleh perubahan lingkungan
v Ketahanan genetik
Ada 3 mekanisme resistensi
tanaman, yaitu :
1.
Ketidaksukaan (Nonpreference)
·
Nonpreference menunjukkan sifat tanaman yang
menyebabkan serangga menjauhi atau tidak menyenangi tanaman baik sebagai pakan
atau sebagai tempat untuk peletakkan telur
·
Sebetulnya istilah yang lebih tepat untuk sifat
ini adalah antixenosis yang berarti menolak tamu (xenosis=tamu)
·
Penolakan tanaman dapat dibagi menjadi penolakan
kimiawi atau antixenosis kimiawi dan penolakan morfologi atau antixenosis
morfologik
·
Antixenosis kimiawi terjadi karena tanaman
mengandung allelokhemik yang menolak kehadiran serangga pada tanaman
·
Contohnya kumbang mentimun Diabrotica
undecimpunctata, lebih menyenangi mentimun yang memiliki kandungan
kukurbitasin (suatu zat attracktan dan penggairah makan) dibangdingkan dengan
mentimun lain yang sedikit mengandung kukurbitasin. Wereng batang padi lebih
menyukai varietas padi yang peka dan tidak menyukai varietas padi yang tahan
·
Antixenosis morfologik, ketahanan tanaman disini
terbawa oleh adanya sifat-sifat struktur atau morfologik tanaman yang dapat
menghalangi terjadinya proses makan dan peletakkan telur yang normal
·
Contohnya hama wereng daun Empoasca yang
menyerang kapas tidak suka tanaman kapas yang berbulu karena adanya bulu-bulu
menghalangi alat mulutnya (rostrum) untuk dapat menusuk permukaan tanaman dalam
memperoleh cairan tanaman. Varietas kapas yang berbulu lebih tahan terhadap
serangan wereng kapas dibandingkan dengan yang tidak berbulu
2.
Antibiosis
·
Antibiosis adalah semua pengaruh
fisiologis pada serangga yang merugikan yang bersifat sementara atau yang tetap
sebagai akibat dari serangga yang makan dan mencerna jaringan atau cairan
tanaman tertentu (sudah dimakan oleh hama baru ada efeknya)
·
Gejala penyimpangan yang mungkin terjadi pada
serangga yang dipengaruhi oleh antibiosis adalah : Kematian larva, pengurangan
laju pertumbuhan, peningkatan mortalitas pupa, ketidakberhasilan dewasa keluar
dari pupa, masa hidup serangga dewasa berkurang, perilaku gelisah, dll
·
Timbulnya gejala-gejala tersebut menurut Kogan
(1982) disebabkan karena adanya proses fisiologis tertentu yang terjadi didalam
tanaman, seperti adanya metabolit toksik pada jaringan tanaman (alkaloid,
glukosid, dan quinon), unsur-unsur hara utama tidak ada atau kurang tersedia
bagi serangga, perbandingan yang tidak seimbang antara unsur-unsur hara yang
tersedia, dan adanya enzim-enzim yang mampu menghalangi proses pencernaan
makanan dan pemanfaatan unsur hara oleh serangga
·
Antibiosis sampai saat ini merupakan mekanisme
resistensi tanaman yang paling penting dan banyak dicari oleh ahli pemulia
tanaman dalam proses untuk memperoleh varietas baru yang tahan hama. Contohnya
kandungan gosipol pada kapas untuk ketahanan hama Heliothis, dan
kandungan Dimboa (glucoside) pada jagung untuk ketahanan terhadap penggerek
batang jagung Ostrinia
3.
Toleran
·
Mekanisme resistensi ini terjadi karena adanya
kemampuan tanaman tertentu untuk menyembuhkan luka yang diderita atau tumbuh
lebih cepat sehingga serangan hama kurang berpengaruh terhadap hasil, bila
dibandingkan dengan tanaman lain yang lebih peka
·
Mekanisme toleran mungkin terjadi karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat berjalan sendiri atau bersama,
seperti kekuatan tanaman secara umum, pertumbuhan kembali jaringan yang rusak,
ketegaran batang dan ketahanan terhadap perebahan, produksi cabang-cabang
tambahan, dll
·
Dibandingkan dengan 2 mekanisme ketahanan yang
lain mekanisme toleran lebih menguntungkan bila kita lihat dari tekanan seleksi
yang diakibatkan. Mekanisme toleran lebih lunak dibandingkan dengan antibiosis
dan nonpreferens sehingga perkembangan biotipe tanaman baru yang mampu
memecahkan ketahanan toleran berjalan lebih lambat
·
Kerugian mekanisme tolerans terutama karena
masih adanya populasi yang cukup tinggi dipertanaman sehingga dapat menjadi
sumber infestasi bagi pertanaman lainnya baik yang ada di dekatnya maupun
pertanaman pada musim berikutnya. Kelemahan lainnya bahwa mekanisme tolerans
sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca yang ekstrim
·
Contoh khas tentang mekanisme toleran didapatkan
pada tanaman jagung yang terserang oleh kumbang akar jagung Diabrotica
virgivera, tanaman jagung yang tahan ternyata memiliki volume perakaran
yang lebih besar dari pada tanaman jagung yang peka
v Ketahanan ekologik (ketahanan semu)
·
Ketahanan ekologik atau istilah lain ketahanan
yang kelihatan atau ketahanan palsu (PSEUDORESISTANCE) merupakan sifat
ketahanan tanaman yang tidak dikendalika oleh faktor genetik tetapi sepenuhnya
disebabkan oleh faktor lingkungan yang memungkinkan kenampakan sifat ketahanan
tanaman terhadap hama tertentu.
·
Sifat ketahanan ini biasanya merupakan sifat
yang sementara dan dapat terjadi pada tanaman yang sebenarnya peka terhadap
serangan hama tertentu
·
Ada 3 bentuk ketahanan ekologik,
yaitu :
1)
Pengelakkan inang
·
Pengelakan inang terjadi bila waktu pemunculan
fase tumbuh tanaman tertentu tidak bersamaan dengan waktu pemunculan stadia
hama yang aktif mengkonsumsikan tanaman. Pengelakan inang ini terjadi karena
adanya ketidaksesuaian fenologi hama dan tanaman
2) Ketahanan dorongan
·
Sifat ketahanan ini timbul dan didorong oleh
adanya keadaan lingkungan tertentu sehingga tanaman mampu bertahan terhadap
serangna hama. Ketahanan dorongan ini tejadi antara lain akibat adanya
pemupukan dan irigasi serta teknik budidaya yang lain
·
Kehidupan dan perkembangan serangga sangat
dipengaruhi oleh keadaan nutrisi tanaman yang tersedia, sedangkan kondisi
nutrisi tanaman dipengaruhi oleh pemupukan dan pengairan
·
Misalnya kutu Aphis sangat peka terhadap
kandungan N pada tanaman dan mempunyai respons negatif terhadap kandungan K
·
Hama-hama padi seperti penggerek batang padi,
hama ganjur, dan wereng coklat padi populasinya meningkat apabila kandungan N
pada tanaman padi meningkat
3) Inang luput dari serangan
·
Sering kita alami dilapangan pada suatu tempat
tertentu ada suatu kelompok tanaman tertentu yang sebenarnya memiliki sifat
peka terhadap suatu jenis hama, tetapi pada suatu saat tanaman tersebut tidak
terserang meskipun populasi hama disekitarnya pada waktu itu cukup tinggi.
·
Hal
tersebut tidak berarti bahwa tanaman tersebut tahan terhadap serangan hama,
tetapi tanaman tersebut sedang dalam keadaan luput dari serangan hama. Penyebab
dari luputnya tanaman dari serangan hama
bisa saja karena dipengaruhi oleh faktor acak dari sebaran serangga
v
Dasar genetik ketahanan tanaman
Ada 2 tipe ketahanan tanaman yaitu :
1.
Ketahanan vertikal/monogenik
Ditunjukkan
oleh kultivar yang lebih peka terhadap biotipe-biotipe serangga tertentu
dibandingkan dengan biotipe-biotipe lainnya, oleh karena itu ketahanan tanaman
hanya terbatas pada satu atau sedikit genotipe tertentu. Sifat ketahanan ini
dikendalikan oleh satu atau sedikit gen pada tanaman
2.
Ketahanan horizontal/poligenik
Diatur
oleh banyak gen tahan dan ketahanannya tidak stabil karena banyak gen, dan
banyak patogen yang ditahannya
v
Pengelompokkan tanaman
tahan hama juga dapat dilakukan menurut bagaimana cara sifat ketahanan tersebut
diturunkan, disini ada 3 kelompok ketahanan, yaitu :
1.
Ketahanan oligogenik
·
Ketahanan oligogenik juga disebut ‘’ketahanan
gen utama’’ yaitu ketahanan yang ditentukan oleh satu atau sedikit gen tersebut
yang pengaruh masing-masing gen dapat diketahui. Apabila hanya satu gen yang
menentukan ketahanan tanaman disebut ketahanan monogenik
·
Tipe ketahanan ini biasanya menghasilkan
resistensi vertikal terhadap serangga dan dapat diturunkan melalui gen dominan
atau gen resesif
2.
Ketahanan poligenik
·
Ketahanan poligenik disebut juga ketahanan gen
minor yaitu sifat ketahanan yang ditentukan oleh banyak gen dan setiap gen
menyumbangkan sedikit terhadap sifat ketahanan
·
Sifat ketahanan tanaman diturunkan melalui cara
yang sangat kompleks dan mungkin berhubungan dengan sifat-sifat tanaman lain
seperti kekuatan tanaman dan hasil. Ketahanan horizontal biasanya poligenik
·
Contoh ketahanan poligenik terjadi pada tanaman
jagung yang tahan terhadap penggerek batang Ostrinia
3.
Ketahanan sitoplasmik
·
Penurunan sitoplasmik disebabkan karena adanya
bahan yang mampu untuk memperbanyak sendiri dan mengadakan mutasi yang hanya
dijumpai di sitoplasma
·
Ketahanan sitoplasmik diturunkan secara maternal
karena kebanyakan sitoplasma dari zygot datang dari ovum
·
Sifat ketahanan ini sering terjadi pada
ketahanan tanaman terhadap penyakit, dan tidak pernah dilaporkan terjadi pada
ketahanan tanaman terhadap hama
v PENGARUH FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PENAMPAKAN
KETAHANAN, YAITU :
- Faktor fisik
·
Keadaan cuaca, tanah, cara bercocok tanam
merupakan faktor lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi kenampakan sifat
ketahanan genetik. Faktor-faktor ini mempengaruhi ketahanan melalui suhu,
intensitas cahaya, kebasahan, dan kesuburan tanah terhadap proses fisiologik
tanaman yang berperan dalam menentukan kenampakan ketahanan dilapangan
·
Faktor naungan yang menentukan besarnya
intensitas cahaya juga dapat mengurangi tingkat ketahanan tanaman. Misalnya
ketahanan tanaman kentang terhadap hama kumbang Colorado leptinotarsa
decemlineata, dan ketahanan gula bit terhadap kutu Myzus persicae
di Amerika dapat menurun apabila tanaman mendapat naungan
- Faktor hayati
Faktor hayati yang paling banyak berpengaruh terhadap
kenampakan sifat ketahanan tanaman di lapangan adalah :
a.
Biotipe
§ Biotipe
adalah populasi serangga hama yang mampu merusak dan hidup pada tanaman atau
varietas yang sebelumnya dikenal sebagai tanaman yang resisten terhadap
populasi lain dari spesies serangga yang sama
§ Biotipe
merupakan istilah yang digunakan untuk membedakan suatu kelompok populasi
dengan kelompok populasi lain dari spesies yang sama yang memiliki bentuk
morfologik yang sama tetapi berbeda dalam sifat fisiologi dan perilakunya
termasuk preferensi terhadap tanaman inang
§ Pemunculan
biotipe merupakan proses seleksi alami yang dipercepat oleh tindakan manusia.
Apabila tanaman tahan hama ditanam secara terus-menerus secara luas akan
merupakan suatu tekanan seleksi bagi lingkungan yang dapat mempercepat
terbentuknya biotipe baru
§ Jumlah
dan frekuensi pemunculan biotipe baru ditentukan oleh jenis serangga dan
intensitas tekanan seleksi yang terjadi. Jumlah biotipe terbanyak yang tercatat
adalah aphis yaitu antara 14-20 biotipe
§ Hama
wereng batang coklat, Nilaparvata lugens memiliki 4 biotipe yang telah berhasil
diidentifikasikan yaitu biotipe 1, 2, 3, dan 4
§ Umumnya
pemunculan biotipe serangga hama lebih banyak terjadi pada tanaman dengan
ketahanan monogenik
b.
Umur tanaman
§ Respon
fisiologik tanaman bervariasi menurut umur tanaman, dan tentunya mempengaruhi
kenampakan sifat ketahanan dilapangan
§ Contohnya
ketahanan tanaman jagung terhadap hama penggerek batang jagung (Ostrinia spp),
disebabkan adanya kandungan DIMBOA yang merupakan antibiosis
§ Tetapi
kandungan DIMBOA tertinggi pada permulaan musim atau pada umur tanaman
muda, dan kandungan DIMBOA semakin menurun pada umur tanaman yang lebih
lanjut.
§ Penurunan
kadar DIMBOA lebih cepat terjadi pada varietas yang peka bila dibandingkan
dengan varietas jagung yang tahan
v Langkah pengembangan varietas tahan
·
Kegiatan pengembangan tanaman
tahan hama yang lengkap biasanya meliputi beberapa program sebagai berikut :
1.
Identifikasi sumber ketahanan
2.
Penetapan mekanisme ketahanan
3.
Penyilangan sifat ketahanan dengan sifat
agronomik lainnya sehingga dapat diperoleh varietas yang lebih unggul
4.
Analisis genetik terhadap sifat ketahanan
5.
Identifikasi dasar-dasar kimia dan fisika sifat
ketahanan
6.
Pengujian lapangan multi lokasi
7.
Pelepasan varietas tahan hama yang baru
·
Dari urutan kegiatan tersebut terlihat bahwa
untuk memperoleh suatu varietas tahan hama yang baru diperlukan program
penelitian yang berencana dan terpadu yang dilakukan oleh banyak ahli dari
berbagai bidang ilmu
·
Untuk mengembangkan dan menerapkan berbagai
teknik untuk penyilangan, hibridisasi, dan analisis genetik merupakan bagian
dari ahli genetika tanaman dan pemuliaan tanaman
·
Sedangkan untuk menetapkan sumber ketahanan dan
mekanisme ketahanan serta pengujian laboratorium dan lapangan diperlukan
peranan ahli entomologi
·
Ahli fisiologi dan biokimia tanaman kita
perlukan terutama dalam mengidentifikasikan sifat dasar kimia dan fisika
ketahanan tanaman
·
Sedangkan untuk melihat ciri-ciri keunggulan
agronomik dan ekonomik varietas baru yang sedang dikembangkan diperlukan
kontribusi dari ahli agronomi dan ekonomi pertanian
·
Untuk kegiatan identifikasi
sumber ketahanan beberapa hal yang diperlukan adalah :
a.
Penentuan ukuran atau kriteria ketahanan
b.
Metode perbanyakkan serangga hama
dilaboratorium
c.
Penentuan tanaman yang di uji
d.
Metode infestasi massal hama di dalam rumah
kaca atau di petak percobaan lapangan
v Peranan varietas tahan hama dalam PHT
·
Beberapa keuntungan penggunaan
varietas tahan hama adalah :
1.
Penggunaannya praktis dan secara
ekonomik menguntungkan
§
Untuk menerapkan teknik pengendalian ini petani
tidak memerlukan tambahan biaya dan keterampilan khusus karena sudah termasuk
ke dalam budidaya tanaman yang normal
2.
Sasaran pengendalian yang
spesifik
§
Teknik ini hanya efektif untuk hama sasaran
sehingga tidak berpengaruh negatif terhadap organisme bukan sasaran atau musuh
alami
3.
Efektivitas pengendalian bersifat
kumulatif dan persisten
§
Oleh karena dengan ditanamnya varietas tahan
secara terus menerus oleh petani, populasi hama satu musim akan menurun dan
pada musim berikutnya akan lebih menurun lagi akibat penekanan populasi pada
musim sebelumnya.
§
Meskipun ada masalah pemunculan biotipe hama
tetapi umumnya sifat ketahanan ini dapat bertahan cukup lama atau
persistensinya tinggi apalagi apabila petani dapat menerapkan pergiliran
varietas tahan hama
4.
Kompatibilitas dengan komponen
PHT lainnya
§
Pengendalian dengan tanaman tahan dengan mudah
dapat dipadukan dengan teknik pengendalian yang lain sehingga diperoleh hasil
pengendalian yang optimal.
§
Dengan penanaman varietas tahan hama tingkat
populasi hama menjadi lebih rendah, sehingga memudahkan musuh alami untuk
mempertahankan populasi hama tetap berada dibawah ambang pengendalian.
§
Penggabungan tanaman tahan hama dengan
pengendalian bercocok tanam dapat lebih mengefektifkan pengendalian, misalkan
dengan tanaman perangkap yang berupa tanaman peka hama
5.
Dampak negatif terhadap
lingkungan terbatas
§
Teknik ini tidak mendatangkan pengaruh negatif
terhadap lingkungan dalam bentuk adanya residu bahan beracun, bahaya bagi
manusia, dan musuh alami
v
Teknik pengendalian ini juga
memiliki beberapa keterbatasan atau permasalahan yang perlu kita ketahui, yaitu
:
1.
Waktu dan biaya pengembangan
§
Karena kesulitan dalam memperoleh sumber
ketahanan dan prosedur seleksi maka untuk kegiatan tersebut diperlukan waktu
yang cukup lama
§
Hal ini tergantung pada jenis hama dan
tanamannya, tetapi untuk memperoleh varietas tahan hama yang baru diperlukan
waktu sekitar 3-15 tahun dengan jumlah peneliti yang banyak dan biaya yang
mahal. Namun setelah diperoleh varietas tahan hama yang baru maka pengeluaran
tambahan untuk biaya pengendalian menjadi kecil
2.
Keterbatasan sumber ketahanan
§
Tidak semua sumber ketahanan terhadap banyak
jenis hama maupun biotipe hama dapat diperoleh dari koleksi plasma nuftah,
seringkali hal ini memperlambat diperolehnya suatu varietas tahan terhadap
jenis hama atau biotipe hama tertentu
§
Kadangkala sumber ketahanan dapat juga diperoleh
melalui proses mutasi buatan, tetapi teknik menambah kerumitan proses
pembentukan varietas unggul yang baru
3.
Timbulnya biotipe hama
§
Melalui proses seleksi alami hama dapat bereaksi
terhadap ditanamanya varietas tahan yaitu dengan pembentukkan biotipe baru yang
mampu memakan varietas yang sebelumnya memiliki sifat ketahanan. Patahnya
ketahanan varietas memaksa para ahli seleksi tanaman untuk selalu mencari
varietas yang dapat tahan terhadap biotipe baru
§
Dipihak lain penelitian untuk memperoleh
resistensi poligenik memerlukan waktu dan biaya pengembangan yang sangat besar
4.
Sifat ketahanan yang berlawanan
§
Beberapa sifat tanaman dapat mendorong timbulnya
ketahanan tanaman terhadap suatu jenis hama, tetapi sifat yang sama dapat
mendorong kepekaan tanaman terhadap hama yang lain atau penyakit tertentu.
Misalnya adanya bulu pada tanaman kapas tidak disenangi oleh hama wereng kapas
sebagai sumber pakan, tetapi sifat berbulu disenangi oleh beberapa hama seperti
hama Heliothis untuk tempat peletakan telur
§
Untuk menghindari atau memperlambat timbulnya
biotipe baru dan dampak negatif penggunaan varietas tahan, teknik pengendalian
ini dalam aplikasinya dilapangan harus dipadukan dengan teknik pengendalian
hama yang lain dalam kerangka PHT
§
Dianjurkan kepada petani untuk menerapkan pola
pergiliran varietas artinya dari satu musim ke musim berikutnya jangan selalu
menanam varietas tahan yang sama atau varietas dengan tetua yang sama, tetapi
supaya ditanam varietas yang berbeda tetuanya
§
Pergiliran varietas merupakan salah satu teknik
pengendalian hama wereng coklat diindonesia, teknik pergiliran varietas padi
secara ketat berhasil diterapkan di Sulawesi Selatan sehingga hama wereng hijau
yang dulu merupakan hama utama sekarang sudah bukan menjadi masalah lagi.