Senin, 12 Maret 2012


PENGENDALIAN DENGAN TANAMAN TAHAN HAMA

v  Hubungan antara serangga dan tanaman inang
Apabila dilihat dari hubungan taksonomi tanaman inangnya maka dikenal 3 kelompok serangga herbivora, yaitu :
1.      Monofag, yaitu tanaman inangnya hanya satu jenis tanaman/sedikit jenis tanaman yang berdekatan sesama genus
2.      Oligofag, yaitu tanaman inangnya berupa jenis tanaman dari beberapa genus sesama famili
3.      Polifag, yaitu tanaman inangnya banyak jenis dari famili-famili yang berbeda atau dari ordo yang berbeda

v  Agar kita dapat lebih mudah mengerti tentang mekanisme ketahanan atau resistensi tanaman terhadap hama perlu kita pelajari lebih dahulu hubungan antara serangga dan tanaman dilihat dari segi perilaku dan fisiologi serangga serta sifat tanamannya sendiri

1)  Sifat perilaku dan fisiologi serangga
·         Sifat perilaku serangga herbivora yang penting dalam kaitannya dengan interaksi serangga dan tanaman adalah tentang bagimana langkah-langkah serangga dalam memberikan tanggapan (respon) terhadap rangsangan (stimuli) dari tanaman sehingga serangga herbivora datang dan memakan tanaman tersebut

·         Menurut Kogan (1984) ada 5 langkah yang dilaksanakan oleh serangga herbivora yaitu :
a.   Penemuan habitat inang
Langkah pertama yang terjadi ketika serangga dewasa yang sedang memencar menemukan  lokasi habitat umum serangga inang, biasanya pada langkah awal ini rangsangan yang menarik bukan dari tanaman tetapi rangsangan fisik seperti cahaya, suhu, kebasahan, dan angin. Begitu habitat umum ditemukan maka serangga kemudian dengan menggunakan indera penglihatan dan pembauan dapat menemukan inang yang benar

b.   Penemuan inang
Langkah kedua, faktor-faktor yang menarik disini adalah warna, ukuran, dan bentuk tanaman. Begitu serangga telah menemukan inangnya rangsangan tanaman jarak pendek yang menyebabkan serangga menetap pada tanaman tersebut. Dengan indera peraba dan pengecapnya serangga menguji apakah tanaman tersebut dapat diterma sebagai inang atau tidak


c.   Pengenalan inang
Pada langkah ketiga ini serangga mencoba mencicipi (respon kimiawi) dan meraba-raba (respon fisik) tanaman untuk mengetahui kesesuaiannya sebagai pakan. Apabila ternyata tanaman tersebut sesuai serangga akan meneruskan makannya

d.   Penerimaan inang
Karena rangsangan berbagai senyawa kimiawi tanaman yang sesuai, maka sampailah pada langkah yang keempat, inang bisa diterima

e.   Kecocokan inang
Nilai nutrisi tanaman dan tidak adanya zat racun akhirnya yang menentukan bahwa tanaman tersebut sangat cocok sebagai pakan untuk kehidupan dan perkembangbiakan serangga secara optimal.

2)  Sifat tanaman sebagai sumber rangsangan, ada 2 yaitu :
a.   Sifat morfologik
Ciri-ciri morfologik tanaman tertentu dapat menghasilkan rangsangan fisik untuk kegiatan makan serangga atau kegiatan peletakkan telur. Seperti variasi ukuran daun, kekerasan jaringan tanaman, adanya rambut dan tonjolan dapat menentukan seberapa jauh derajat penerimaan serangga terhadap tanaman tertentu

b.   Sifat fisik
·         Ciri-ciri fisiologik yang mempengaruhi serangga biasanya berupa zat-zat kimia yang dihasilkan oleh metabolisme tanaman baik metabolisme primer maupun metabolisme sekunder

·         Hasil metabolisme primer seperti karbohidrat, lipid, protein, hormon, enzim, dll.oleh tanaman digunakan untuk pertumbuhan dan pembiakan tanaman. Beberapa hasil metabolisme primer tersebut juga dapat menjadi perangsang makan, bagian nutirsi serangga, dan mungkin juga sebagai racun

·         Senyawa-senyawa kimia yang dihasilkan oleh proses metabolisme sekunder karena fungsinya tidak menentukan metabolisme primer dianggap memiliki fungsi untuk pertahanan tanaman terhadap serangga herbivora. Metabolit ini disimpan dalam jaringan tanaman tertentu dan sering dieksudasikan melalui permukaan bagian tanaman tertentu



·         Ada banyak senyawa kimia yang yang khas dan berfungsi dalam komunikasi antar organisme, senyawa ini disebut SEMIOKHEMIK

·         Senyawa-senyawa kimia yang termasuk dalam semiokhemik dapat dibedakan antara feromon yaitu berfungsi dalam komunikasi antar individu dalam satu spesies, sedangkan kelompok kedua adalah senyawa allelokhemik yang mendorong komunikasi antar spesies yang berbeda. Metabolit yang merangsang respon serangga herbivora termasuk dalam allelokhemik. Allelokhemik ini terbagi menjadi 2 yaitu :
1.     Allomon, yaitu zat kimia yang menguntungkan bagi produsen (tanaman) dan merugikan bagi penerima (serangga), yang termasuk dalam allomon ada beberapa yaitu :
§  Zat repellent atau penolak yang mengusir serangga dan menjauhi tanaman
§  Zat penggairah gerakan yang memulai dan mempercepat gerakan
§  Zat penekan atau suppresant yang menghalangi kegiatan makan atau pengisapan oleh serangga
§  Zat penghalang atau deterrent yang menghalangi kelanjutan proses makan dan peletakkan telur
§  Zat antibiotik yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan normal larva, mengurangi umur dan pembentukan imago
§  Zat antixenotik yang mengganggu perilaku normal pemilihan inang

2.     Kairomon, lebih menguntungkan bagi yang menerima zat tersebut (serangga) dan merugikan bagi produsen (tanaman). Yang termasuk dalam kairomon adalah :
§  Zat penarik atau attraktan yang menarik arah gerakan serangga ke tanaman inang
§  Zat penahan atau arrestant, yang menahan dan memperlambat gerakan serangga sehingga serangga tetap ditanaman
§  Zat penggerak makan

v  Dari kedua kelompok zat allelokhemik tersebut yang berperan penting dalam penemuan sifat ketahanan tanaman terhadap serangga adalah allomon





v  Mekanisme ketahanan tanaman :
  • Tanaman yang tahan adalah :tanaman yang menderita kerusakan yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan tanaman yang lain dalam keadaan tingkat populasi hama yang sama dan keadaan lingkungan yang sama. Jadi pada tanaman yang tahan, kehidupan dan pekembangbiakkan serangga hama menjadi lebih terhambat bila dibandingkan dengan populasi hama yang berada tanaman yang tidak tahan atau kurang tahan

  • Sifat ketahanan yang dimiliki oleh tanaman dapat merupakan sifat asli atau terbawa keturunan (faktor genetik) tetapi dapat juga karena keadaan lingkungan yang manyebabkan tanaman menjadi tahan terhadap serangan hama

  • Ketahanan tanaman ada 2 kelompok  yaitu :
1.     Ketahanan ekologik
Para ahli menganggap ketahanan ekologik bukan ketahanan yang sebenarnya dan disebut ketahanan palsu atau PSEUDORESISTANCE. Sifat ketahanan ekologik tidak tetap dan mudah berubah tergantung pada keadaan lingkungannya

2.     Ketahanan genetik
Adalah ketahanan tanaman yang sebenarnya, sifat ketahanan genetik relatif stabil dan sedikit dipengaruhi oleh perubahan lingkungan

v  Ketahanan genetik
Ada 3 mekanisme resistensi tanaman, yaitu :
1.   Ketidaksukaan (Nonpreference)
·         Nonpreference menunjukkan sifat tanaman yang menyebabkan serangga menjauhi atau tidak menyenangi tanaman baik sebagai pakan atau sebagai tempat untuk peletakkan telur

·         Sebetulnya istilah yang lebih tepat untuk sifat ini adalah antixenosis yang berarti menolak tamu (xenosis=tamu)

·         Penolakan tanaman dapat dibagi menjadi penolakan kimiawi atau antixenosis kimiawi dan penolakan morfologi atau antixenosis morfologik

·         Antixenosis kimiawi terjadi karena tanaman mengandung allelokhemik yang menolak kehadiran serangga pada tanaman


·         Contohnya kumbang mentimun Diabrotica undecimpunctata, lebih menyenangi mentimun yang memiliki kandungan kukurbitasin (suatu zat attracktan dan penggairah makan) dibangdingkan dengan mentimun lain yang sedikit mengandung kukurbitasin. Wereng batang padi lebih menyukai varietas padi yang peka dan tidak menyukai varietas padi yang tahan

·         Antixenosis morfologik, ketahanan tanaman disini terbawa oleh adanya sifat-sifat struktur atau morfologik tanaman yang dapat menghalangi terjadinya proses makan dan peletakkan telur yang normal

·         Contohnya hama wereng daun Empoasca yang menyerang kapas tidak suka tanaman kapas yang berbulu karena adanya bulu-bulu menghalangi alat mulutnya (rostrum) untuk dapat menusuk permukaan tanaman dalam memperoleh cairan tanaman. Varietas kapas yang berbulu lebih tahan terhadap serangan wereng kapas dibandingkan dengan yang tidak berbulu

2.   Antibiosis
·         Antibiosis adalah semua pengaruh fisiologis pada serangga yang merugikan yang bersifat sementara atau yang tetap sebagai akibat dari serangga yang makan dan mencerna jaringan atau cairan tanaman tertentu (sudah dimakan oleh hama baru ada efeknya)

·         Gejala penyimpangan yang mungkin terjadi pada serangga yang dipengaruhi oleh antibiosis adalah : Kematian larva, pengurangan laju pertumbuhan, peningkatan mortalitas pupa, ketidakberhasilan dewasa keluar dari pupa, masa hidup serangga dewasa berkurang, perilaku gelisah, dll

·         Timbulnya gejala-gejala tersebut menurut Kogan (1982) disebabkan karena adanya proses fisiologis tertentu yang terjadi didalam tanaman, seperti adanya metabolit toksik pada jaringan tanaman (alkaloid, glukosid, dan quinon), unsur-unsur hara utama tidak ada atau kurang tersedia bagi serangga, perbandingan yang tidak seimbang antara unsur-unsur hara yang tersedia, dan adanya enzim-enzim yang mampu menghalangi proses pencernaan makanan dan pemanfaatan unsur hara oleh serangga

·         Antibiosis sampai saat ini merupakan mekanisme resistensi tanaman yang paling penting dan banyak dicari oleh ahli pemulia tanaman dalam proses untuk memperoleh varietas baru yang tahan hama. Contohnya kandungan gosipol pada kapas untuk ketahanan hama Heliothis, dan kandungan Dimboa (glucoside) pada jagung untuk ketahanan terhadap penggerek batang jagung Ostrinia
3.   Toleran
·         Mekanisme resistensi ini terjadi karena adanya kemampuan tanaman tertentu untuk menyembuhkan luka yang diderita atau tumbuh lebih cepat sehingga serangan hama kurang berpengaruh terhadap hasil, bila dibandingkan dengan tanaman lain yang lebih peka

·         Mekanisme toleran mungkin terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat berjalan sendiri atau bersama, seperti kekuatan tanaman secara umum, pertumbuhan kembali jaringan yang rusak, ketegaran batang dan ketahanan terhadap perebahan, produksi cabang-cabang tambahan, dll

·         Dibandingkan dengan 2 mekanisme ketahanan yang lain mekanisme toleran lebih menguntungkan bila kita lihat dari tekanan seleksi yang diakibatkan. Mekanisme toleran lebih lunak dibandingkan dengan antibiosis dan nonpreferens sehingga perkembangan biotipe tanaman baru yang mampu memecahkan ketahanan toleran berjalan lebih lambat

·         Kerugian mekanisme tolerans terutama karena masih adanya populasi yang cukup tinggi dipertanaman sehingga dapat menjadi sumber infestasi bagi pertanaman lainnya baik yang ada di dekatnya maupun pertanaman pada musim berikutnya. Kelemahan lainnya bahwa mekanisme tolerans sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca yang ekstrim

·         Contoh khas tentang mekanisme toleran didapatkan pada tanaman jagung yang terserang oleh kumbang akar jagung Diabrotica virgivera, tanaman jagung yang tahan ternyata memiliki volume perakaran yang lebih besar dari pada tanaman jagung yang peka

v  Ketahanan ekologik (ketahanan semu)
·         Ketahanan ekologik atau istilah lain ketahanan yang kelihatan atau ketahanan palsu (PSEUDORESISTANCE) merupakan sifat ketahanan tanaman yang tidak dikendalika oleh faktor genetik tetapi sepenuhnya disebabkan oleh faktor lingkungan yang memungkinkan kenampakan sifat ketahanan tanaman terhadap hama tertentu.

·         Sifat ketahanan ini biasanya merupakan sifat yang sementara dan dapat terjadi pada tanaman yang sebenarnya peka terhadap serangan hama tertentu




·         Ada 3 bentuk ketahanan ekologik, yaitu :
1)    Pengelakkan inang
·         Pengelakan inang terjadi bila waktu pemunculan fase tumbuh tanaman tertentu tidak bersamaan dengan waktu pemunculan stadia hama yang aktif mengkonsumsikan tanaman. Pengelakan inang ini terjadi karena adanya ketidaksesuaian fenologi hama dan tanaman

2)  Ketahanan dorongan
·         Sifat ketahanan ini timbul dan didorong oleh adanya keadaan lingkungan tertentu sehingga tanaman mampu bertahan terhadap serangna hama. Ketahanan dorongan ini tejadi antara lain akibat adanya pemupukan dan irigasi serta teknik budidaya yang lain

·         Kehidupan dan perkembangan serangga sangat dipengaruhi oleh keadaan nutrisi tanaman yang tersedia, sedangkan kondisi nutrisi tanaman dipengaruhi oleh pemupukan dan pengairan

·         Misalnya kutu Aphis sangat peka terhadap kandungan N pada tanaman dan mempunyai respons negatif terhadap kandungan K

·         Hama-hama padi seperti penggerek batang padi, hama ganjur, dan wereng coklat padi populasinya meningkat apabila kandungan N pada tanaman padi meningkat

3)  Inang luput dari serangan
·         Sering kita alami dilapangan pada suatu tempat tertentu ada suatu kelompok tanaman tertentu yang sebenarnya memiliki sifat peka terhadap suatu jenis hama, tetapi pada suatu saat tanaman tersebut tidak terserang meskipun populasi hama disekitarnya pada waktu itu cukup tinggi.

·          Hal tersebut tidak berarti bahwa tanaman tersebut tahan terhadap serangan hama, tetapi tanaman tersebut sedang dalam keadaan luput dari serangan hama. Penyebab dari luputnya tanaman dari serangan hama  bisa saja karena dipengaruhi oleh faktor acak dari sebaran serangga







v  Dasar genetik ketahanan tanaman
Ada 2 tipe ketahanan tanaman yaitu :
1.      Ketahanan vertikal/monogenik
Ditunjukkan oleh kultivar yang lebih peka terhadap biotipe-biotipe serangga tertentu dibandingkan dengan biotipe-biotipe lainnya, oleh karena itu ketahanan tanaman hanya terbatas pada satu atau sedikit genotipe tertentu. Sifat ketahanan ini dikendalikan oleh satu atau sedikit gen pada tanaman

2.     Ketahanan horizontal/poligenik
Diatur oleh banyak gen tahan dan ketahanannya tidak stabil karena banyak gen, dan banyak patogen yang ditahannya

v  Pengelompokkan tanaman tahan hama juga dapat dilakukan menurut bagaimana cara sifat ketahanan tersebut diturunkan, disini ada 3 kelompok ketahanan, yaitu :
1.     Ketahanan oligogenik
·         Ketahanan oligogenik juga disebut ‘’ketahanan gen utama’’ yaitu ketahanan yang ditentukan oleh satu atau sedikit gen tersebut yang pengaruh masing-masing gen dapat diketahui. Apabila hanya satu gen yang menentukan ketahanan tanaman disebut ketahanan monogenik

·         Tipe ketahanan ini biasanya menghasilkan resistensi vertikal terhadap serangga dan dapat diturunkan melalui gen dominan atau gen resesif

2.   Ketahanan poligenik
·         Ketahanan poligenik disebut juga ketahanan gen minor yaitu sifat ketahanan yang ditentukan oleh banyak gen dan setiap gen menyumbangkan sedikit terhadap sifat ketahanan

·         Sifat ketahanan tanaman diturunkan melalui cara yang sangat kompleks dan mungkin berhubungan dengan sifat-sifat tanaman lain seperti kekuatan tanaman dan hasil. Ketahanan horizontal biasanya poligenik

·         Contoh ketahanan poligenik terjadi pada tanaman jagung yang tahan terhadap penggerek batang Ostrinia 






3.   Ketahanan sitoplasmik
·         Penurunan sitoplasmik disebabkan karena adanya bahan yang mampu untuk memperbanyak sendiri dan mengadakan mutasi yang hanya dijumpai di sitoplasma

·         Ketahanan sitoplasmik diturunkan secara maternal karena kebanyakan sitoplasma dari zygot datang dari ovum

·         Sifat ketahanan ini sering terjadi pada ketahanan tanaman terhadap penyakit, dan tidak pernah dilaporkan terjadi pada ketahanan tanaman terhadap hama

v  PENGARUH FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PENAMPAKAN KETAHANAN, YAITU :
  1. Faktor fisik
·         Keadaan cuaca, tanah, cara bercocok tanam merupakan faktor lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi kenampakan sifat ketahanan genetik. Faktor-faktor ini mempengaruhi ketahanan melalui suhu, intensitas cahaya, kebasahan, dan kesuburan tanah terhadap proses fisiologik tanaman yang berperan dalam menentukan kenampakan ketahanan dilapangan

·         Faktor naungan yang menentukan besarnya intensitas cahaya juga dapat mengurangi tingkat ketahanan tanaman. Misalnya ketahanan tanaman kentang terhadap hama kumbang Colorado leptinotarsa decemlineata, dan ketahanan gula bit terhadap kutu Myzus persicae di Amerika dapat menurun apabila tanaman mendapat naungan

  1. Faktor hayati
Faktor hayati yang paling banyak berpengaruh terhadap kenampakan sifat ketahanan tanaman di lapangan adalah :
a.   Biotipe
§  Biotipe adalah populasi serangga hama yang mampu merusak dan hidup pada tanaman atau varietas yang sebelumnya dikenal sebagai tanaman yang resisten terhadap populasi lain dari spesies serangga yang sama

§  Biotipe merupakan istilah yang digunakan untuk membedakan suatu kelompok populasi dengan kelompok populasi lain dari spesies yang sama yang memiliki bentuk morfologik yang sama tetapi berbeda dalam sifat fisiologi dan perilakunya termasuk preferensi terhadap tanaman inang


§  Pemunculan biotipe merupakan proses seleksi alami yang dipercepat oleh tindakan manusia. Apabila tanaman tahan hama ditanam secara terus-menerus secara luas akan merupakan suatu tekanan seleksi bagi lingkungan yang dapat mempercepat terbentuknya biotipe baru

§  Jumlah dan frekuensi pemunculan biotipe baru ditentukan oleh jenis serangga dan intensitas tekanan seleksi yang terjadi. Jumlah biotipe terbanyak yang tercatat adalah aphis yaitu antara 14-20 biotipe

§  Hama wereng batang coklat, Nilaparvata lugens memiliki 4 biotipe yang telah berhasil diidentifikasikan yaitu biotipe 1, 2, 3, dan 4

§  Umumnya pemunculan biotipe serangga hama lebih banyak terjadi pada tanaman dengan ketahanan monogenik

b.   Umur tanaman
§  Respon fisiologik tanaman bervariasi menurut umur tanaman, dan tentunya mempengaruhi kenampakan sifat ketahanan dilapangan

§  Contohnya ketahanan tanaman jagung terhadap hama penggerek batang jagung (Ostrinia spp), disebabkan adanya kandungan DIMBOA yang merupakan antibiosis

§  Tetapi kandungan DIMBOA tertinggi pada permulaan musim atau pada umur tanaman muda, dan kandungan DIMBOA semakin menurun pada umur tanaman yang lebih lanjut.

§  Penurunan kadar DIMBOA lebih cepat terjadi pada varietas yang peka bila dibandingkan dengan varietas jagung yang tahan

v  Langkah pengembangan varietas tahan
·         Kegiatan pengembangan tanaman tahan hama yang lengkap biasanya meliputi beberapa program sebagai berikut :
1.      Identifikasi sumber ketahanan
2.      Penetapan mekanisme ketahanan
3.      Penyilangan sifat ketahanan dengan sifat agronomik lainnya sehingga dapat diperoleh varietas yang lebih unggul
4.      Analisis genetik terhadap sifat ketahanan
5.      Identifikasi dasar-dasar kimia dan fisika sifat ketahanan
6.      Pengujian lapangan multi lokasi
7.      Pelepasan varietas tahan hama yang baru
·         Dari urutan kegiatan tersebut terlihat bahwa untuk memperoleh suatu varietas tahan hama yang baru diperlukan program penelitian yang berencana dan terpadu yang dilakukan oleh banyak ahli dari berbagai bidang ilmu

·         Untuk mengembangkan dan menerapkan berbagai teknik untuk penyilangan, hibridisasi, dan analisis genetik merupakan bagian dari ahli genetika tanaman dan pemuliaan tanaman

·         Sedangkan untuk menetapkan sumber ketahanan dan mekanisme ketahanan serta pengujian laboratorium dan lapangan diperlukan peranan ahli entomologi

·         Ahli fisiologi dan biokimia tanaman kita perlukan terutama dalam mengidentifikasikan sifat dasar kimia dan fisika ketahanan tanaman

·         Sedangkan untuk melihat ciri-ciri keunggulan agronomik dan ekonomik varietas baru yang sedang dikembangkan diperlukan kontribusi dari ahli agronomi dan ekonomi pertanian

·         Untuk kegiatan identifikasi sumber ketahanan beberapa hal yang diperlukan adalah :
a.      Penentuan ukuran atau kriteria ketahanan
b.      Metode perbanyakkan serangga hama dilaboratorium
c.       Penentuan tanaman yang di uji
d.      Metode infestasi massal hama di dalam rumah kaca atau di petak percobaan lapangan

v  Peranan varietas tahan hama dalam PHT
·         Beberapa keuntungan penggunaan varietas tahan hama adalah :
1.   Penggunaannya praktis dan secara ekonomik menguntungkan
§  Untuk menerapkan teknik pengendalian ini petani tidak memerlukan tambahan biaya dan keterampilan khusus karena sudah termasuk ke dalam budidaya tanaman yang normal

2.     Sasaran pengendalian yang spesifik
§  Teknik ini hanya efektif untuk hama sasaran sehingga tidak berpengaruh negatif terhadap organisme bukan sasaran atau musuh alami





3.     Efektivitas pengendalian bersifat kumulatif dan persisten
§  Oleh karena dengan ditanamnya varietas tahan secara terus menerus oleh petani, populasi hama satu musim akan menurun dan pada musim berikutnya akan lebih menurun lagi akibat penekanan populasi pada musim sebelumnya.

§  Meskipun ada masalah pemunculan biotipe hama tetapi umumnya sifat ketahanan ini dapat bertahan cukup lama atau persistensinya tinggi apalagi apabila petani dapat menerapkan pergiliran varietas tahan hama

4.     Kompatibilitas dengan komponen PHT lainnya
§  Pengendalian dengan tanaman tahan dengan mudah dapat dipadukan dengan teknik pengendalian yang lain sehingga diperoleh hasil pengendalian yang optimal.

§  Dengan penanaman varietas tahan hama tingkat populasi hama menjadi lebih rendah, sehingga memudahkan musuh alami untuk mempertahankan populasi hama tetap berada dibawah ambang pengendalian.

§  Penggabungan tanaman tahan hama dengan pengendalian bercocok tanam dapat lebih mengefektifkan pengendalian, misalkan dengan tanaman perangkap yang berupa tanaman peka hama

5.     Dampak negatif terhadap lingkungan terbatas
§  Teknik ini tidak mendatangkan pengaruh negatif terhadap lingkungan dalam bentuk adanya residu bahan beracun, bahaya bagi manusia, dan musuh alami

v  Teknik pengendalian ini juga memiliki beberapa keterbatasan atau permasalahan yang perlu kita ketahui, yaitu :
1.     Waktu dan biaya pengembangan
§  Karena kesulitan dalam memperoleh sumber ketahanan dan prosedur seleksi maka untuk kegiatan tersebut diperlukan waktu yang cukup lama

§  Hal ini tergantung pada jenis hama dan tanamannya, tetapi untuk memperoleh varietas tahan hama yang baru diperlukan waktu sekitar 3-15 tahun dengan jumlah peneliti yang banyak dan biaya yang mahal. Namun setelah diperoleh varietas tahan hama yang baru maka pengeluaran tambahan untuk biaya pengendalian menjadi kecil





2.     Keterbatasan sumber ketahanan
§  Tidak semua sumber ketahanan terhadap banyak jenis hama maupun biotipe hama dapat diperoleh dari koleksi plasma nuftah, seringkali hal ini memperlambat diperolehnya suatu varietas tahan terhadap jenis hama atau biotipe hama tertentu

§  Kadangkala sumber ketahanan dapat juga diperoleh melalui proses mutasi buatan, tetapi teknik menambah kerumitan proses pembentukan varietas unggul yang baru

3.     Timbulnya biotipe hama
§  Melalui proses seleksi alami hama dapat bereaksi terhadap ditanamanya varietas tahan yaitu dengan pembentukkan biotipe baru yang mampu memakan varietas yang sebelumnya memiliki sifat ketahanan. Patahnya ketahanan varietas memaksa para ahli seleksi tanaman untuk selalu mencari varietas yang dapat tahan terhadap biotipe baru

§  Dipihak lain penelitian untuk memperoleh resistensi poligenik memerlukan waktu dan biaya pengembangan yang sangat besar

4.     Sifat ketahanan yang berlawanan
§  Beberapa sifat tanaman dapat mendorong timbulnya ketahanan tanaman terhadap suatu jenis hama, tetapi sifat yang sama dapat mendorong kepekaan tanaman terhadap hama yang lain atau penyakit tertentu. Misalnya adanya bulu pada tanaman kapas tidak disenangi oleh hama wereng kapas sebagai sumber pakan, tetapi sifat berbulu disenangi oleh beberapa hama seperti hama Heliothis untuk tempat peletakan telur

§  Untuk menghindari atau memperlambat timbulnya biotipe baru dan dampak negatif penggunaan varietas tahan, teknik pengendalian ini dalam aplikasinya dilapangan harus dipadukan dengan teknik pengendalian hama yang lain dalam kerangka PHT

§  Dianjurkan kepada petani untuk menerapkan pola pergiliran varietas artinya dari satu musim ke musim berikutnya jangan selalu menanam varietas tahan yang sama atau varietas dengan tetua yang sama, tetapi supaya ditanam varietas yang berbeda tetuanya

§  Pergiliran varietas merupakan salah satu teknik pengendalian hama wereng coklat diindonesia, teknik pergiliran varietas padi secara ketat berhasil diterapkan di Sulawesi Selatan sehingga hama wereng hijau yang dulu merupakan hama utama sekarang sudah bukan menjadi masalah lagi.